Salah satu novel kesukaan saya, cukup ketagihan membacanya dari halaman
pertama sampai halaman akhir. Novel ini mengangkat tema persahabatan dan
kehilangan. Mungkin bagi sebagian orang dianggap klise, tapi jangan
menjudge terlalu cepat sebelum baca ceritanya sampai akhir,sumpah sangat
sangat mengharukan.
Mengisahkan persahabatan 4 orang siswa kelas x dengan 4 karakter yang berbeda pula.
-Caraka, si trouble maker. Baru beberapa hari bersekolah tapi sudah berkelahi beberapa kali. Wali kelasnya yang peduli dengan Caraka, memberi hukuman kepadanya dengan cara meminta Caraka untuk bergabung di klub majalah dinding sekola "veritas" bersama 3 orang murid kelas x lainnya,yang juga tidak saling kenal.
-Nathan, tampan,berkacamata, cerdas tapi pembawaannya dingin dan terkesan sinis.
-Nadya, sang ketua kelas,cantik, aktif, pintar, dan kelewat mandiri dan jarang meminta tolong.
-Sarah, sedikit pemalu dan sulit berkata tidak terhadap
permintaan orang lain.
Keempatnya dipertemukan dalam proses pembuatan majalah dinding "veritas" dan disinilah persahabatan mereka berawal. Konflik perlahan-lahan muncul seiring bertemunya keempat karakter yang berbeda ini. Perlahan-lahan persahabatan dan kerjasama meraka di "veritas" mengubah kebiasaan buruk masing-masing. Caraka yang tadinya terkenal sebagai si jago berkelahi sedikit demi sedikit berubah menjadi lebih baik. Dibalik sikap dingin Nathan selain dia cerdas dan baik hati ternyata selama ini dia mengidap penyakit yang cukup serius. Tapi persahabatan membuatnya ingin bertahan hidup.
Yang saya sukai dari novel ini,selain alur cerita yang menarik juga gaya bahasa yang digunakan penulis juga patut dipuji berbeda dengan kebanyakan novel remaja yang pernah saya baca sebelumnya. Oh ia karakter tokohnya juga sangat kuat. Ending cerita juga sulit ditebak.
Ada beberapa quotes yang saya sukai di buku ini salah satunya:
“Impian itu seperti sayap. Dia
membawamu ke berbagai tempat. Kurasa, mamamu sadar akan hal itu. Dia
tahu, kalau dia mencegah mimpimu, itu sama aja dengan memotong sayap
burung. Burung tersebut memang nggak akan lari, tapi burung tanpa sayap
sudah bukan burung lagi. Dan manusia tanpa mimpi, sudah bukan manusia
lagi.” (Nadya, hal 120-121)
Banyak pesan yang disampaikan dalam novel ini, bahwa persahabatan adalah sesutau yang indah. Bahwa dalam persahabatan itu ada toleransi,belajar menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing,saling menghargai satu sama lain dan mau berbagi cerita...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar